Minggu, 20 Mei 2012

Rumah Adat Suku Sasak





Rumah tradisional Sasak dibangun dari anyaman bambu dan beberapa pilar bambu sebagai tiang penyangga rumah. Rumah Sasak memiliki atap berbentuk gunungan yang terlihat menukik ke bawah dan terbuat dari susunan alang-alang. Untuk lantai rumah, suku Sasak memanfaatkan tanah yang telah dicampur dengan batu bata, getah kayu pohon serta abu jerami. Seringkali masyarakat suku Sasak mengolesi lantai rumah dengan kotoran sapi atau kerbau yang telah dihaluskan dan dibakar. Bagi suku Sasak, campuran kotoran sapi atau kerbau diyakini dapat menjaga lantai agar tidak mudah lembab dan retak.




 Untuk masuk ke dalam rumah Sasak, anda dapat menapaki tiga buah anak tangga yang terletak tepat di depan pintu masuk rumah. Anak tangga itu terbuat dari campuran batu bata, semen, serta tanah. Dalam kehidupan suku Sasak, jumlah anak tangga itu menjadi simbol, di dalam rumah itu terdiri dari ayah, ibu, serta anak. Menapaki tiga buah anak tangga itu menjadi simbol, setiap manusia yang ada di dunia selalu menjalani tiga alur kehidupan, lahir, berkembang, serta meninggal dunia.

Sesampainya di anak tangga teratas, anda dapat menjumpai pintu masuk rumah dari bambu yang berbentuk pintu geser. Karena tinggi pintu masuk rumah lebih pendek jika dibandingkan ukuran tinggi badan manusia normal, anda disarankan untuk merunduk ketika masuk ke dalam rumah Sasak. Turun temurun, tinggi pintu masuk rumah adat Sasak tidaklah berubah. Tinggi pintu rumah itu-pun memiliki arti. Masyarakat Sasak meyakini, posisi merunduk ketika masuk ke dalam rumah menjadi simbol, rasa hormat tamu kepada sang pemilik rumah.
      
Di dalam rumah adat Sasak terdapat beberapa ruangan yakni ruang tamu, bale luar dan bale dalam. Bale luar dimanfaatkan sebagai tempat tidur bagi anggota keluarga. Sementara bale dalam menjadi tempat untuk menyimpan persediaan makanan dan harta benda keluarga. Ketika ada anggota keluarga yang meninggal dunia, bale dalam dijadikan tempat untuk menyemayamkan jenasah sebelum dimakamkan. Tepat di samping tempat suku Sasak menyimpan persediaan makanan, terdapat dapur. Di dalam dapur inilah, anda dapat menjumpai tungku yang terbuat dari susunan batu bata. Suku Sasak memanfaatkan tungku itu untuk memasak dan ketika musim hujan tiba, tungku itu dijadikan perapian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar